Aktivitas pasar saham belakangan ini kian menarik perhatian, dengan sejumlah emiten mencatatkan lonjakan harga yang signifikan. Fenomena ini bahkan membuat beberapa saham masuk dalam radar Unusual Market Activity (UMA) atau terkena suspensi perdagangan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
Terbaru, BEI tengah memantau ketat pergerakan empat saham, yaitu PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE), PT Asuransi Bintang Tbk (ASBI), PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA), serta emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Krakatau Steel Tbk (KRAS). Keempatnya tergolong UMA karena mencatat kenaikan harga yang luar biasa dalam beberapa hari terakhir.
Sebagai contoh, pada penutupan perdagangan Senin (16/6), saham CBRE menguat drastis 235,71% dalam sebulan terakhir, mencapai posisi Rp 94 per saham. Diikuti oleh ASBI yang diperdagangkan di harga Rp 498 per saham, mencatat kenaikan 19,14% dalam periode yang sama. Saham JAWA juga menguat signifikan 56,31% dalam sebulan, kini berada di level Rp 161 per saham. Sementara itu, KRAS bertengger di Rp 226 per saham, melonjak 79,37% dalam sebulan terakhir.
Tak hanya memantau, BEI juga mengambil langkah tegas dengan menghentikan sementara atau mensuspensi perdagangan saham PT Panca Anugrah Wisesa Tbk (MGLV) mulai Senin (16/6). Tindakan ini diambil menyusul peningkatan harga kumulatif yang sangat signifikan pada saham MGLV. Pada penutupan perdagangan Jumat (13/6) lalu, harga saham MGLV berada di posisi Rp 252 per saham, menguat 9,57% dalam sehari. Secara akumulatif, saham ini telah menguat 223,08% secara tahun berjalan dan melonjak 104,88% hanya dalam sebulan terakhir.
Selain MGLV, BEI juga telah melakukan suspensi terhadap saham PT Toba Pulp Lestari Tbk (INRU) dan sempat menghentikan sementara perdagangan saham PT Agro Bahari Nusantara Tbk (UDNG) yang juga mengalami pergerakan harga tidak wajar.
Analis Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI), Muhamad Wafi, menjelaskan bahwa lonjakan harga saham yang memicu UMA atau suspensi dapat dipengaruhi oleh beragam faktor. Mulai dari perbaikan fundamental dan kinerja emiten, adanya wacana akuisisi, hingga sekadar dorongan isu-isu di pasar yang menciptakan sentimen positif.
Namun, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan, memiliki pandangan berbeda. Ia menilai lonjakan harga saham seperti MGLV, UDNG, dan INRU patut dicurigai sebagai aksi spekulatif yang tidak didukung oleh fundamental perusahaan yang kuat. Menurutnya, kenaikan harga yang sangat tajam dalam waktu singkat, tanpa disertai lonjakan volume transaksi atau katalisator yang jelas dari kinerja maupun aksi korporasi, mengindikasikan adanya pergerakan harga yang tidak wajar.
Oleh karena itu, keputusan BEI untuk menghentikan sementara perdagangan saham-saham tersebut dinilai sebagai langkah yang tepat dan wajar. Ini merupakan upaya krusial untuk melindungi investor ritel dari risiko kerugian akibat volatilitas pasar yang ekstrem dan tidak normal. Ekky menambahkan, “Kenaikan seperti ini berisiko mengarah pada pola pump and dump, di mana harga sengaja digoreng oleh pihak tertentu untuk menciptakan euforia, lalu dilepas saat harga mencapai puncaknya, meninggalkan investor ritel dengan posisi rugi saat harga kembali anjlok.”
Perhatikan Fundamental
Menyikapi situasi pasar yang bergejolak ini, Wafi menyarankan investor dan pelaku pasar untuk tetap berpegang pada kinerja fundamental perusahaan tercatat dan mempertimbangkan valuasinya. Ia menjelaskan bahwa ada saham yang meskipun sudah naik tinggi, namun valuasinya masih relatif murah, sehingga memicu kenaikan lebih lanjut. “Ada juga yang sudah naik tinggi, namun valuasi sudah relatif mahal, itu bisa cenderung koreksi atau sideways,” imbuh Wafi.
Senada dengan Wafi, Ekky juga menganjurkan investor untuk lebih berhati-hati dan tidak terburu-buru dalam melakukan pembelian, terutama pada saham-saham yang pergerakannya tidak didukung oleh transparansi manajemen, aksi korporasi yang jelas, atau keterbukaan informasi di laman resmi BEI. Ekky menyimpulkan, “Lebih bijak jika investor fokus pada saham yang memiliki fundamental kuat, likuiditas cukup, dan informasi yang dapat dipercaya.”