JAKARTA – Emiten cat bangunan terkemuka, PT Avia Avian Tbk (AVIA), secara resmi telah mengukuhkan komitmennya terhadap praktik bisnis berkelanjutan dengan bergabung dalam United Nations Global Compact (UNGC). UNGC sendiri merupakan jaringan global yang secara aktif mempromosikan prinsip-prinsip keberlanjutan dan tata kelola yang bertanggung jawab di berbagai sektor industri.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan, mengapresiasi langkah strategis AVIA ini sebagai upaya fundamental untuk memperkuat fondasi Environmental, Social, and Governance (ESG) perusahaan. Ekky menjelaskan bahwa inisiatif AVIA ini bukan sekadar pencitraan, melainkan sebuah strategi jangka panjang yang berorientasi pada penciptaan nilai (value creation) yang berkelanjutan. Hal ini diwujudkan melalui peningkatan efisiensi energi, pengelolaan limbah yang lebih efektif, serta pengembangan produk-produk yang lebih ramah lingkungan.
Lebih lanjut, Ekky menekankan bahwa komitmen kuat AVIA terhadap ESG diperkuat oleh rencana kerja yang terstruktur berbasis empat pilar utama. Selain itu, kesiapan perusahaan untuk secara transparan melaporkan setiap kemajuan melalui dokumen Communication on Progress (CoP) dinilai dapat secara signifikan meningkatkan daya tarik AVIA di mata para investor institusional, terutama mereka yang menjadikan kriteria ESG sebagai pertimbangan utama dalam strategi investasi mereka.
Penguatan posisi ESG ini juga membuka peluang baru bagi AVIA. Menurut Ekky, perusahaan berpotensi untuk mengakses instrumen pendanaan berkelanjutan, seperti green bond, yang kini semakin diminati oleh pasar. Selain itu, langkah ini juga akan memperluas jangkauan pasar AVIA ke segmen konsumen dan mitra bisnis yang semakin sadar dan peduli terhadap isu-isu lingkungan serta keberlanjutan.
Meskipun demikian, Ekky menggarisbawahi bahwa dalam jangka pendek, dampak dari pengumuman ini terhadap pergerakan harga saham AVIA mungkin masih belum terlalu signifikan. Ia menjelaskan bahwa industri cat dikenal sangat kompetitif dan sensitif terhadap fluktuasi harga bahan baku global. Namun, Ekky meyakini bahwa dalam jangka menengah hingga panjang, keberhasilan implementasi ESG dapat menjadi katalisator penggerak yang sangat penting bagi pertumbuhan dan kinerja AVIA.
Apabila strategi keberlanjutan ini dijalankan secara konsisten dan AVIA mampu mengembangkan portofolio produk yang inovatif dan benar-benar ramah lingkungan, potensi peningkatan pendapatan serta margin laba perusahaan dapat terbuka lebar. Ini akan menciptakan nilai tambah jangka panjang yang substansial bagi perusahaan dan para pemegang sahamnya.
Namun demikian, Ekky juga mengingatkan adanya risiko serius apabila komitmen ESG tersebut tidak terealisasi secara nyata. Kegagalan dalam implementasi dapat berpotensi merusak reputasi perusahaan di mata publik dan memicu skeptisisme di kalangan investor. Selain itu, biaya tambahan yang mungkin timbul pada tahap awal implementasi ESG berpotensi menimbulkan tekanan pada struktur biaya perusahaan.
Dari sisi pergerakan harga saham, Ekky Topan mencermati bahwa AVIA telah menunjukkan sinyal rebound sejak Februari 2025. Dalam jangka menengah, tren penguatan dinilai masih sangat terbuka, dengan target harga awal di kisaran Rp 500. Ekky optimis bahwa jika strategi ESG dieksekusi dengan baik, tidak menutup kemungkinan bahwa saham AVIA dapat bergerak lebih jauh, mencapai level Rp 580 hingga Rp 600.