News JAKARTA. Harga emas kembali mencapai rekor tertinggi baru, dipicu oleh gejolak ketegangan geopolitik yang memanas setelah serangan Israel ke Iran.
Mengutip data dari Bloomberg, pada Jumat (13/6), harga emas spot terpantau di level US$ 3.432,34 per ons troi, menunjukkan kenaikan 1,37% dibandingkan hari sebelumnya. Angka ini menandai level tertinggi baru, melampaui rekor sebelumnya di US$ 3.431 per ons troi yang tercatat pada 5 Mei 2025.
Analis dari Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, menegaskan bahwa emas tetap menjadi pilihan utama sebagai aset lindung nilai, terutama menyusul kembali memanasnya ketegangan antara Israel dan Iran. Serangan militer Israel ke Iran telah memicu lonjakan signifikan permintaan terhadap aset safe haven, sementara Iran merespons dengan peringatan keras yang memperkeruh situasi geopolitik global.
Selain faktor geopolitik, pelaku pasar juga dihadapkan pada kejutan data ekonomi dari Amerika Serikat (AS). Rilis data Indeks Harga Konsumen (CPI) dan Indeks Harga Produsen (PPI) terbaru menunjukkan hasil yang lebih rendah dari perkiraan, yang secara signifikan memperbesar peluang bahwa The Fed mungkin akan mulai mempertimbangkan pelonggaran kebijakan moneter pada akhir 2025.
Sentimen positif tersebut, menurut Andy, memberikan tekanan pada kinerja Dolar AS, yang dalam beberapa sesi terakhir mengalami pelemahan tajam. “Kelemahan Dolar AS ini secara otomatis mendorong harga emas lebih tinggi karena daya beli investor non-AS menjadi lebih kuat,” jelasnya dalam riset pada Jumat (13/6).
Meski demikian, arah pasar tidak sepenuhnya bergerak satu sisi. Di tengah isu geopolitik dan pelemahan Dolar, penguatan sementara Dolar AS sempat muncul menyusul kabar dari pengadilan AS yang membatalkan beberapa tarif dagang, hal ini mendorong selera risiko di pasar keuangan. Optimisme terhadap pembicaraan damai dagang antara AS dan China turut menekan minat investor pada aset lindung nilai, meskipun ketidakpastian masih membayangi prospek ekonomi global.
Menurut Andy, pasar masih cenderung menahan posisi di emas karena belum adanya kejelasan mengenai arah final kebijakan fiskal dan moneter AS. Ketidakpastian ini menjaga minat pada emas sebagai aset yang stabil di tengah volatilitas.
Secara teknikal, pergerakan harga emas saat ini ditopang oleh sinyal penguatan tren naik yang semakin solid. Kombinasi candlestick bullish dan posisi harga yang konsisten di atas garis Moving Average memperkuat proyeksi bahwa tren kenaikan harga emas berpotensi berlanjut.
“Jika tekanan beli terus berlanjut dan tidak ada kejutan negatif dari data ekonomi atau pernyataan Federal Reserve, maka emas berpotensi menguji area US$ 3.500 pada minggu depan,” sebutnya, memberikan pandangan optimis terhadap prospek harga emas.
Namun demikian, Andy juga mengingatkan adanya skenario pembalikan (reversal) yang patut diwaspadai. Jika harga emas gagal bertahan di atas level support kritis US$ 3.212, maka peluang koreksi ke zona US$ 3.133 menjadi cukup terbuka. “Level tersebut bisa menjadi titik uji penting untuk sentimen pasar, terutama jika rilis data inflasi Personal Consumption Expenditures (PCE) minggu depan atau imbal hasil obligasi AS kembali melonjak,” pungkasnya, menggarisbawahi faktor-faktor kunci yang akan memengaruhi pergerakan emas selanjutnya.