Justin Bieber baru-baru ini mencurahkan isi hatinya di Instagram tentang rasa lelahnya terhadap hubungan yang terasa transaksional. Ia merasa harus terus melakukan sesuatu hanya untuk mendapatkan cinta. Curhatan ini memicu perbincangan tentang apa sebenarnya hubungan transaksional itu.
Menanggapi hal ini, Dr. Pingkan C.B Rumondor, M.Psi., seorang psikolog klinis dewasa dan peneliti relasi interpersonal, menjelaskan tentang *Systemic Transactional Model* dalam ilmu psikologi. Model ini, menurutnya, adalah hubungan yang netral. Bisa menjadi positif jika ada saling membantu, namun bisa juga negatif jika salah satu pihak merasa lebih terbebani. Dr. Pingkan, yang memiliki 14 tahun pengalaman dan membuka praktik pribadi di SILC Counseling, menyampaikan penjelasannya kepada *Kompas.com* pada Rabu, 11 Juni 2025.
Memahami *Systemic Transactional Model*
Perlu dipahami bahwa *Systemic Transactional Model* berbeda dengan apa yang dirasakan oleh Justin Bieber. Model ini melihat hubungan sebagai sebuah sistem yang saling berkaitan. Transaksi di sini bukan berarti hitung-hitungan, melainkan saling ketergantungan atau *interdependence*.
Dalam hubungan yang sehat, tidak ada pihak yang merasa harus melakukan sesuatu secara berlebihan agar pasangannya melakukan hal yang sama, atau bahkan lebih. Jika satu pihak merasa berat sebelah, hal ini dapat menimbulkan perasaan negatif seperti, “Kenapa aku terus yang berkorban?”.
Dr. Pingkan menekankan bahwa model ini netral dan bergantung pada transaksi yang terjadi dalam hubungan tersebut. Pada dasarnya, setiap hubungan terjalin karena adanya saling ketergantungan. Tindakan seseorang akan memengaruhi pasangannya dan keseluruhan dinamika hubungan.
Sebagai contoh, jika seseorang merasa tertekan karena pasangannya terlalu menuntut (*demanding*), hal ini akan berdampak pada pasangannya, yang kemudian cenderung menjadi defensif. Akibatnya, kedua belah pihak merasa tidak puas dalam hubungan tersebut.
Hubungan Sehat: Saling Memberi dan Menerima
Hubungan yang sehat adalah hubungan yang didasari oleh prinsip saling bergantian. Pasangan harus mampu bergantian dalam memberi dan menerima (*take and give*), karena dibutuhkan kedua belah pihak untuk menciptakan dinamika yang harmonis. Hubungan yang baik saling memengaruhi satu sama lain, dan arah hubungan tersebut bergantung pada individu yang terlibat.
“Jika tujuan bersama adalah kepuasan bersama, maka *take and give* harus dilakukan secara bergantian,” jelas Dr. Pingkan. Ia juga menekankan bahwa tindakan memberi dan menerima bukan hanya untuk pasangan, tetapi juga untuk kebaikan hubungan itu sendiri. Kebersamaan menjadi kunci utama dalam *Systemic Transactional Model*.
Lalu, Bagaimana dengan Hubungan Transaksional ala Justin Bieber?
Menurut Dr. Pingkan, keluhan Justin Bieber lebih mengarah pada apa yang disebut *exchange norm*, yaitu pandangan terhadap hubungan sebagai ajang hitung-hitungan. Dalam *exchange norm*, seseorang merasa harus melakukan sesuatu agar pasangannya senang, meskipun dirinya sendiri tidak merasakan hal yang sama.
Gambaran transaksional dalam *exchange norm* adalah seperti ini: “Aku harus melakukan ini agar pasangan aku senang, tapi aku sendiri tidak bahagia.” Dengan kata lain, seseorang merasa harus memberikan sesuatu agar menerima balasan yang setimpal. Inilah yang mungkin dirasakan oleh Justin Bieber, “Kenapa aku harus melakukan ini dulu baru dibalas?”. Padahal, dalam hubungan yang sehat, seharusnya tidak ada pola seperti itu.
Dalam hubungan yang ideal, seseorang melakukan sesuatu demi kebaikan hubungan itu sendiri, bukan semata-mata untuk menyenangkan pasangannya. Tujuannya adalah kebahagiaan bersama dan keberlangsungan hubungan. “Kata kuncinya adalah sama-sama,” tegas Dr. Pingkan. “Kalau searah, misalnya Justin Bieber melakukan sesuatu hanya untuk Hailey Bieber, bukan demi hubungan mereka, itu namanya *exchange norm*.”
Curhatan Justin Bieber di Instagram: Sinyal Kelelahan?
Sebelumnya, Justin Bieber memang sempat membuat unggahan yang mengundang perhatian publik. “Lelah dengan hubungan yang transaksional. Jika aku harus melakukan sesuatu agar dicintai, itu bukan cinta,” tulisnya, seperti dilansir dari *E! News*. Pesan ini muncul di tengah spekulasi tentang hubungannya dengan Hailey Bieber.
Sebenarnya, ini bukan pertama kalinya Justin Bieber, yang telah menikah dengan Hailey sejak 2018, menyuarakan keinginannya untuk dicintai tanpa syarat. Pada Mei 2025 lalu, ia juga sempat menulis di Instagram Story, “Cinta itu bukan soal ‘kamu dapat sesuai yang kamu beri’. Cinta itu soal menerima.”
Ia mengaku sering merasa harus ‘mendapatkan’ cinta, yang membuatnya lelah dan kehilangan arah. “Membuatku kelelahan karena merasa harus membuktikan diri layak dicintai. Cinta sejati itu diberikan secara cuma-cuma, tanpa ekspektasi,” tulis Justin saat itu.
Meskipun Justin Bieber terbuka tentang pergulatannya dalam memahami cinta, Hailey Bieber sendiri telah menegaskan bahwa rumah tangga mereka baik-baik saja. Dalam wawancara dengan *Vogue* baru-baru ini, ia membantah rumor perceraian dengan tegas. “Rumor itu tidak benar,” ujarnya.