News – , Jakarta – Insiden tragis menimpa Kapal Motor (KM) Tunu Pratama Jaya yang karam di perairan Selat Bali pada Rabu malam, 2 Juli 2025. Peristiwa ini memicu respons cepat dari berbagai instansi, termasuk Polri yang langsung mengerahkan personel guna membantu evakuasi. Kapal nahas tersebut diketahui mengangkut 53 penumpang dan 12 Anak Buah Kapal (ABK) saat tenggelam.
Menyikapi musibah ini, upaya pencarian dan penyelamatan korban terus diintensifkan. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigadir Jenderal Trunoyudo Wisnu Andiko, menegaskan komitmen pihaknya. “Kami terus bersinergi dengan Basarnas, TNI AL, dan instansi terkait lainnya dalam upaya pencarian dan penyelamatan korban kapal KM Tunu Pratama Jaya di Selat Bali. Doa dan empati kami menyertai seluruh keluarga korban,” ujarnya, Kamis, 3 Juli 2025, menunjukkan kepedulian mendalam terhadap para korban.
Hingga saat ini, data dari lapangan yang disampaikan Truno menunjukkan perkembangan signifikan. Sebanyak 23 orang telah berhasil ditemukan dalam keadaan selamat, sebuah kabar yang membawa sedikit kelegaan di tengah duka. Namun, sayangnya, 4 orang lainnya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Pencarian terhadap korban lain yang masih hilang, baik penumpang maupun ABK, terus dilakukan tanpa henti oleh tim gabungan.
Untuk memperkuat operasi pencarian dan penyelamatan, Direktorat Polairud Polda Jawa Timur telah mengerahkan empat unit kapal. Armada ini bergabung dengan tim gabungan yang solid, terdiri dari personel Basarnas, TNI AL, Polri, dan unsur terkait lainnya. Mereka kini secara intensif menyisir area di sekitar lokasi kapal tenggelam, berpacu dengan waktu untuk menemukan lebih banyak korban.
Insiden tenggelamnya KM Tunu Pratama Jaya ini terjadi setelah kapal tersebut menyelesaikan proses bongkar muat di Pelabuhan LCM Ketapang pada pukul 22.28 WIB. Kapal kemudian bertolak menuju Gilimanuk pada pukul 22.56 WIB. Namun, sekitar pukul 23.15 WIB, komunikasi dengan Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) terputus, dan tak lama kemudian, kapal dikonfirmasi telah tenggelam.
Dugaan awal mengarah pada kondisi cuaca buruk sebagai salah satu faktor utama penyebab insiden kapal tenggelam di Selat Bali ini. Pada saat kejadian, perairan tersebut memang dikenal memiliki tantangan tersendiri; arus laut tercatat sangat kuat, mencapai 2 meter per detik, dengan gelombang setinggi 2,5 meter, dan kecepatan angin mencapai 9 knot. Kondisi ekstrem ini diduga kuat berkontribusi pada musibah yang menimpa KM Tunu Pratama Jaya.