Di tengah gemerlapnya pariwisata yang menjadikan Lombok dan Bali sebagai destinasi unggulan, sepeda motor telah memantapkan posisinya sebagai moda transportasi primadona. Namun, ada perbedaan menarik dalam preferensi konsumen di kedua pulau. Jika di Bali, penjualan didominasi oleh motor-motor bergaya retro modern seperti Yamaha Grand Filano dan Fazzio dari lini Classy Yamaha, tren yang sangat berbeda justru terlihat di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), di mana pasar sepeda motornya lebih menyerupai pola yang lazim ditemukan di Pulau Jawa.
Perbedaan ini dikonfirmasi oleh Larry Asnan, Chief Yamaha Territory IV (Jawa Timur, NTB, NTT). Ia menyatakan saat ditemui di Mataram, Lombok, “Lombok atau Nusa Tenggara Barat ini kan basic-nya pariwisata kayak di Bali. Meski begitu (pasarnya) tak sama persis seperti di Bali.” Ini menandakan bahwa meskipun sama-sama berkarakteristik wisata, dinamika pasar sepeda motor di NTB memiliki ciri khas tersendiri.
Menurut Larry, dominasi di NTB masih dipegang kuat oleh Yamaha NMAX. Skutik bongsor ini sangat digandrungi karena dinilai paling sesuai dengan kebutuhan mobilitas dan gaya berkendara masyarakat Lombok. “Hampir sama dengan di Jawa ataupun Bandung, Yamaha NMAX masih mendominasi di sini,” terang Larry. Ia menambahkan bahwa meskipun NMAX merajai, penjualan produk dari keluarga Classy Yamaha juga menunjukkan angka yang cukup menjanjikan di wilayah ini.
Selain popularitas NMAX, tren motor di kalangan generasi muda NTB juga memperlihatkan pergeseran menarik menuju skutik sporty. Larry mengungkapkan bahwa Yamaha Aerox Alpha Series kini semakin dilirik sebagai pilihan utama. Ia menguraikan bahwa “Skutik sporty ini cocok dengan karakter generasi muda NTB yang menyukai tampilan agresif dan fitur modern. Penjualannya cukup baik, karena karakter konsumennya mirip dengan anak muda di wilayah Jawa,” menjadikannya model yang relevan dengan selera pasar terkini.
Ada satu fakta unik yang mencolok dalam pasar otomotif NTB: eksistensi model-model Yamaha lawas yang mungkin sudah sulit bersaing di daerah lain. Salah satunya adalah Yamaha Mio M3.
Larry Asnan secara khusus menyoroti, “Seperti Yamaha Mio M3 itu penjualannya lumayan di sini. Padahal di wilayah lain sudah susah jual, tetapi di sini masih bisa jual,” menunjukkan adaptasi pasar lokal yang berbeda.
Lebih lanjut, Larry Asnan mengidentifikasi bahwa konsumen di NTB cenderung memprioritaskan varian dasar atau tipe termurah dari setiap model sepeda motor. Menurutnya, harga sepeda motor masih menjadi penentu utama keputusan pembelian. “Jatuhnya memang ke harga yang paling murah. Terpenting produknya keluaran terbaru,” jelasnya, mengindikasikan bahwa meskipun mencari harga terjangkau, konsumen tetap menginginkan unit yang paling baru.
Penting untuk dicatat bahwa harga sepeda motor di NTB, secara umum, memang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah seperti Jakarta. Fenomena ini dipengaruhi oleh biaya distribusi dan kondisi geografis yang menantang. Sebagai ilustrasi, Yamaha NMAX Neo yang di Jakarta dibanderol Rp 33,4 juta, di Mataram justru dijual dengan harga Rp 36,8 juta, menggambarkan adanya disparitas harga yang signifikan.