News – , Jakarta – Presiden Vladimir Putin secara langsung menyambut kedatangan Presiden Prabowo Subianto di Istana Konstantinovsky, Saint Petersburg, Rusia, pada Kamis, 19 Juni 2025. Pertemuan ini merupakan bagian penting dari kunjungan kenegaraan dua hari Prabowo ke Rusia yang diharapkan mempererat hubungan kedua negara.
Kunjungan Prabowo ke Rusia diawali dengan kedatangannya di Bandara Internasional Pulkovo, St. Petersburg, pada Rabu, 18 Juni 2025, sekitar pukul 17.50 waktu setempat. Ia disambut dengan hangat oleh Deputi Perdana Menteri Federasi Rusia Denis Manturov, Wakil Kepala Protokol Negara Federasi Rusia Alexander Prusov, serta Menteri Luar Negeri RI Sugiono, menandai awal dari agenda padat yang telah menanti.
Sebelum bertemu dengan Presiden Putin, Prabowo menunjukkan penghormatan mendalam dengan melakukan upacara peletakan karangan bunga di Piskarovskoye Memorial Cemetery, Saint Petersburg. Tempat ini merupakan taman makam pahlawan Perang Dunia II, dan peletakan karangan bunga pada Kamis, 19 Juni 2025, tersebut menjadi simbol penghargaan atas jutaan korban yang gugur dalam Pengepungan Leningrad, menggarisbawahi nilai-nilai historis dan kemanusiaan.
Dalam pertemuan bilateral yang berlangsung di Istana Konstantinovsky, Presiden Putin menyampaikan rasa hormatnya atas kehadiran Prabowo. Putin mengenang pertemuan sebelumnya di Moskow setahun lalu, yang terjadi sebelum Prabowo resmi dilantik sebagai presiden. Momentum ini menjadi kesempatan bagi kedua pemimpin untuk memperbarui diskusi dalam kapasitas yang berbeda.
Putin juga menyoroti peran Indonesia di kancah global, khususnya sebagai anggota penuh BRICS. “Indonesia menjadi anggota penuh di BRICS, dan saya berharap Indonesia akan memberikan sumbangan besar dalam kegiatan organisasi ini,” ungkap Putin dalam tayangan kanal YouTube Sekretariat Presiden RI. Ia menambahkan bahwa Prabowo akan mendapatkan kesempatan berharga untuk berbicara di St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025 pada hari berikutnya, sebuah forum penting yang menarik perhatian pengusaha hingga politikus dari seluruh dunia.
Lebih lanjut, Presiden Putin menegaskan bahwa hubungan antara Rusia dan Indonesia terjalin sangat baik dan konsisten. Kedua negara telah membangun fondasi kerja sama yang kuat di berbagai sektor, mulai dari pertanian, penjelajahan luar angkasa, hingga kemitraan militer. “Kami ada banyak peluang untuk kerja sama dan kami masih ada banyak peluang dan kapasitas untuk berkembang,” tutur Putin, optimis menatap potensi pengembangan hubungan yang lebih luas.
Menanggapi sambutan hangat Putin, Prabowo Subianto menyampaikan terima kasih kepada Rusia atas dukungan cepat dalam keanggotaan Indonesia di BRICS. Ia juga menjelaskan mengapa ia belum sempat bertemu Putin langsung setelah pelantikan, yakni karena harus segera membentuk kabinetnya setelah dilantik sehari sebelumnya, yang bertepatan dengan forum KTT Kazakhstan yang ingin diikutinya tahun lalu.
Meskipun belum berkesempatan bertemu langsung pascapelantikan, Prabowo menekankan bahwa hubungan bilateral Indonesia dan Rusia terus menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Ia mencontohkan serangkaian kunjungan pejabat senior dari kedua belah pihak. “Saya sudah jumpa Wakil Perdana Menteri Manturov (Denis Manturov). Saya kira tahun ini sudah dua kali bertemu, di Jakarta dan di St. Petersburg 1 kali. Menlu saya (Sugiono) sudah tiga kali ke Rusia. Jadi hubungan kita meningkat terus,” jelas Prabowo, menegaskan intensitas komunikasi diplomatik.
Prabowo juga menggarisbawahi kemajuan substansial dalam hubungan ekonomi antara Indonesia dan Rusia, yang telah mencapai titik penting dengan keterlibatan kedua negara dalam perjanjian Eurasian Economic Union Free Trade. “Jadi terima kasih Presiden Putin. Banyak sekali kemajuan dalam hubungan ini dan terima kasih saya diundang tamu kehormatan di St. Petersburg Forum,” tutup Prabowo, menandakan apresiasi atas kesempatan yang diberikan.
Setelah pertemuan penting dengan Presiden Putin, Presiden Prabowo dijadwalkan untuk menjadi salah satu pembicara utama dalam St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025 pada Jumat, 20 Juni. Forum bergengsi ini menjadi platform global bagi para pemimpin negara dan pemangku kepentingan ekonomi untuk membahas isu-isu krusial yang membentuk lanskap ekonomi dunia.