JAKARTA – PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), emiten produsen petrokimia terkemuka, telah mengumumkan keputusan untuk membagikan dividen tunai kepada pemegang sahamnya. Jumlah dividen yang disetujui sebesar US$ 30 juta, atau setara dengan Rp 489 miliar (dengan asumsi kurs Rp 16.300 per dolar AS), akan diambil dari sisa laba bersih ditahan pada tahun buku 2018.
Keputusan krusial ini dicapai dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang diselenggarakan pada Rabu (11/6). Dalam rapat tersebut, para pemegang saham menyetujui perubahan penggunaan laba ditahan TPIA untuk tahun buku 2018 yang semula berjumlah US$ 123,55 juta.
Manajemen Chandra Asri Pacific menjelaskan dalam keterangan resminya pada Rabu (11/6), “Dana sebesar US$ 30 juta dari laba bersih tahun buku 2018 akan diberikan sebagai tambahan dividen tunai kepada pemegang saham perusahaan.” Langkah ini, menurut manajemen TPIA, merupakan bentuk apresiasi atas dukungan berkelanjutan dari para pemegang saham.
Sementara itu, sisa dana sebesar US$ 93,55 juta dari laba bersih tahun buku 2018 akan tetap dialokasikan sebagai laba ditahan. Dana ini akan digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan usaha dan mendukung operasional TPIA ke depan.
Meskipun demikian, Analis Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi, berpendapat bahwa pembagian dividen tunai oleh TPIA kali ini lebih bersifat simbolis. Menurut Wafi, dividen tersebut kemungkinan tidak akan menjadi katalis utama untuk mengangkat harga saham emiten milik Prajogo Pangestu ini. Pendekatan pembagian dividen dari saldo laba ditahan 2018 dinilai logis, mengingat TPIA telah membukukan rugi bersih dalam beberapa tahun terakhir.
Pada tahun 2024, TPIA mencatat rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 69,16 juta. Angka ini menunjukkan pembengkakan kerugian sebesar 105,96% secara tahunan (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. “Dividen yield TPIA sepertinya kecil atau di bawah 1%,” tambah Wafi pada Rabu (11/6), mengindikasikan bahwa imbal hasil dividen cenderung rendah.
Dari perspektif fundamental, peluang TPIA untuk meningkatkan kinerja jangka panjang terlihat menjanjikan berkat strategi ekspansi yang agresif. Saat ini, Chandra Asri aktif memperkuat posisinya di bisnis non-petrokimia, khususnya melalui akuisisi Aster Chemicals and Energy Pte Ltd yang baru saja rampung beberapa bulan lalu. Selain itu, TPIA juga berupaya memperkuat bisnis anak usahanya, PT Chandra Daya Investasi (CDI), dengan rencana mendorong perusahaan ini untuk melantai di bursa saham.
Di atas kertas, langkah-langkah ekspansi ini diharapkan membawa dampak positif signifikan bagi keberlangsungan bisnis TPIA dalam jangka panjang. Namun, Wafi juga mengingatkan bahwa tantangan jangka pendek masih membayangi, terutama kondisi pasar petrokimia yang mengalami kelebihan pasokan, yang dapat menekan margin keuntungan perusahaan. “Saham TPIA lebih cocok untuk investor yang ingin trading dengan target harga di kisaran Rp 9.000 hingga Rp 11.000 per saham,” sarannya.
Senada dengan itu, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, merekomendasikan “tambah” (add) saham TPIA, khususnya dengan level masuk (entry level) di area Rp 9.300–Rp 9.700 per saham. Nafan menargetkan saham TPIA berpotensi menyentuh level di kisaran Rp 9.925 per saham hingga Rp 11.275 per saham.